Isu masuknya organisasi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) ke Indonesia, makin kencang. Setelah muncul video dukungan terhadap ISIS, kemarin muncul pesan berantai yang menginformasikan rencana serangan ke Indonesia. Tokoh agama dan pejabat di Sulsel pun minta masyarakat tenang.
Beberapa kalangan menilai, lahirnya ISIS merupakan salah satu upaya pendirian Khilafah Islamiyah. Khilafah Islamiyah sudah lama didengungkan. Oleh karena itu, perlu upaya persuasif mencegah banyaknya warga Indonesia masuk menjadi anggota ISIS.
Menurut Ketua Jurusan Ilmu Politik UIN Alauddin, Dr Syarifuddin Jurdi, gagasan mengenai Khilafah Islamiyah sebagaimana yang dilakukan ISIS bukanlah hal baru. "Sejak jatuhnya Turki Usmani, perjuangan mendirikan khilafah terus dilakukan. ISIS muncul untuk merespons krisis yang terjadi di Timur Tengah, 'virus' ini disebar ke seluruh dunia Islam," kata dia.
Lebih lanjut, Syarifuddin mengatakan, di Indonesia, kelompok keagamaan tertentu yang sudah lama merindukan berdirinya khilafah tentu akan mendukung dalam batas-batas tertentu. Akan tetapi, tetap diwaspadai karena akan mengancam keutuhan bangsa.
"ISIS merupakan gerakan transnasional yang patut diwaspadai perkembangannya. Mereka yang merasa tidak puas dengan keadaan politik bangsa saat ini akan bergabung dengan ISIS. Di sinilah peran pemerintah dan kelompok masyarakat untuk mengantisipasinya," imbuh Syarifuddin.
Di Sulsel, sambungnya, kelompok militan yang melakukan makar atau tindakan radikal belum terlihat. Simpati terhadap ISIS mungkin ada, tapi sampai terlibat dalam jumlah yang banyak belum tampak. "Apalagi kondisi politik dengan hasil Pilpres 2014 menempatkan putra Sulsel sebagai Wapres," urai dia.
Terpisah, guru besar UIN Alauddin, Prof Dr Qashim Mathar, menambahkan, ISIS tiba-tiba muncul sebagai berita yang menyita perhatian publik. Seakan hendak menggeser perhatian umat Islam yang sedang fokus ke Gaza. Sebagai kelompok yang menamakan diri Negara Islam Irak-Suriah, ISIS sudah dikenal beberapa waktu belakangan ini.
"Tetapi, sebagai berita bahwa bibit ISIS sudah ada di Indonesia, itu merupakan isu yang masih sangat mentah. Isu ISIS hadir di Indonesia bisa membuat sesama umat Islam saling curiga," kata Qasim.
Qashim Mathar menambahkan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah sejak lama mengusung ideologi penegakan Khilafah Islamiah, paling gampang dicurigai. Meskipun, kata dia, HTI tidak punya kaitan dengan ISIS. Lalu, kelompok-kelompok Islam garis keras seperti Forum Pembela Islam (FPI), kelompok Salafi lainnya seperti Wahdah Islamiah, pun bisa difitnah. Karena isu ISIS adalah "negara Islam", ingatan orang bisa digiring ke DI/TII yang bagi umat Islam sudah dianggap bagian sejarah yang sdh selesai dan dimaklumi.
"Karenanya, ISIS selain pengalihan perhatian dari masalah kemanusiaan dan terorisme Israil di Gaza, juga potensial memecah belah umat Islam. Jadi, lebih baik kembalikan perhatian bangsa ke terorisme Israil di Gaza dan abaikan saja isu ISIS di Indonesia sampai ada bukti ada tokoh ISIS ditangkap oleh aparat," saran Qashim Mathar.
Selama tidak ada bukti seperti itu, lanjut dia, anggap saja cerita bohong bahwa ISIS sudah hadir di Indonesia. "Jadi, buktikan dulu, baru kita percaya! Umat Islam tetaplah fokus ke terorisme Israil di Gaza. Bahkan, negara besar di belakang Israil harus mendapat tekanan internasional untuk menghentikan tindakan teror Israil di sana.
Polda Perkuat Data
ISIS dengan cepat menjadi fenomena baru di dunia maya. Maraknya video ajakan bergabung oleh jaringan ini membuat membuat sebagian besar kalangan merespons dengan cepat. Desakan pelbagai kalangan terhadap aparat kepolisian pun terus mengalir. Terlebih, wilayah Sulsel dan Makassar turut dianggap rawan akan fenomena yang satu ini. Langkah cepat pun diambil oleh jajaran Polda Sulsel. Antisipasi gerakan pasif oleh jaringan ISIS bakal dideteksi sejak dini. Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Endi Sutendi menegaskan, Polda kini tengah berupaya menggali lebih jauh jaringan ISIS. Khususnya di Indonesia, dan Sulawesi Selatan.
Data terkait jaringan ini masih ditelusuri. Termasuk dengan tujuan utama jaringan tersebut. "Intelijen tentunya sudah bergerak. Ini untuk mengantisipasi potensi dan dampak dari beredarnya video ISIS di wilayah kita," ungkap Endi.
Koordinasi dengan beberapa pihak, kata dia, terus ditingkatkan. Terutama dengan Mabes Polri dan pihak-pihak terkait. "Koordinasi sudah pasti lebih ditingkatkan. Kita juga perlu sharing dengan pihak-pihak lain, terlebih yang mengetahui persis persoalan ini," jelas dia.
Meski sejauh ini, lanjut dia, dampak ISIS belum terlihat di Sulsel. Hal ini pun ditegaskan oleh Kapolda Sulsel, Irjen Pol Burhunuddin Andi. Menurut dia, apa yang saat ini berkembang belum begitu berdampak di wilayah Sulsel. Hanya saja, dia mengaku tetap menjadikan masalah ini sebagai hal yang harus diawasi secara serius. "Ini penting. Jangan sampai ini masuk ke Sulsel dan mempengaruhi masyarakat," jelas dia. Dia pun telah menginstruksikan jajarannya untuk terus melakukan pemantauan. Terutama mengumpulkan pelbagai informasi terkait persoalan ini.
Isu Serangan ke Indonesia
Isu serangan ISIS ke Indonesia diyakini tidak akan berpengaruh banyak. Ada pesan berantai yang berisi pelbagai informasi mengenai bentuk serangan ISIS ke Indonesia. Misalnya, serangan bom bunuh diri yang akan dilakukan mulai hari ini hingga 10 Agustus mendatang di beberapa tempat. Yang akan melaukan bom bunuh diri menamakan dirinya ISIS pro (Abu Bakar) Baasyir. Sasarannya mal, supermarket, bank, gereja, pasar, dan pelbagai fasilitas publik. Pesan itu juga menyebutkan jika Baasyir telah membaiat ISIS dan telah turun perintah dari Khalifah ISIS untuk melakukan serangan ke Jakarta dengan target aparat kepolisian. Para pelaku akan membaur di antara masyarakat saat arus balik, dan menggunakan atribut capres nomor 1 dan 2.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas Polri Brigjen Boy Rafli Amar meminta masyarakat berhati-hati dalam menyikapi pesan berantai tersebut. Menurut dia, pesan berantai itu merupakan salah satu dampak dari teknologi informasi. Informasi apapun bisa dirilis di dunia maya tanpa pertanggungjawaban yang jelas. ’’Kami tidak underestimate denagn informasi tersebut. Namun, kami mengimbau masyarakat tetap tenang,’’ ujarnya saat dikonfirmasi kemarin. Masyarakat bisa berpartisipasi membantu kepolisian dengan ikut memantau kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Jika mendapati aktivitas mencurigakan, sebaiknya segera melapor ke kantor kepolisian terdekat.
Boy tidak membantah jika ISIS berpotensi menimbulkan gangguan keamanan di Indonesia. ’’Kami sudah tahu. Tapi, sementara ini kami meminta warga yang berkumpul ataupun berserikat agar tidak melakukan pelanggaran hukum,’’ lanjut mantan Kanit Negosiasi Subden Penindak Densus 88 itu. Alumnus Akpol 1988 itu menambahkan, pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin agar isu tersebut tidak sampai terjadi. Polri tidak pernah menganggap remeh isu apapun yang berkaitan dengan gangguan keamanan. Antisipasi selalu disiapkan, terlepas isu tersebut benar atau hanya main-main.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau agar umat islam di tanah air tidak terpengaruh oleh paham ISIS. Sebab, menurutnya, ISIS merupakan organisasi berpaham radikal yang rela menggunakan kekerasan demi memperjuangkan apa yang diyakininya. “Mereka ingin memperjuangkan negara Islam di Iraq dan Suriah. Umat Islam Indonesia tak perlu terpengaruh dan ikut-ikutan,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia meminta agar seluruh umat Islam di Indonesia benar-benar mawas diri terhadap pengaruh ISIS. Ia pun berpesan agar seluruh umat Islam di Indonesia turut mendukung aparat penegak hukum untuk bekerja profesional dalam menangani ISIS dan kemungkinannya masuk Indonesia. “Dakwah Islam itu mengajak dan merangkul semua kalangan dengan cara-cara yang baik dan penuh hikmah, bukan dengan menebar ketakutan dan kekerasan,” tuturnya. Selain itu, lanjutnya, ideologi ISIS yang juga bertentangan dengan ideologi Indonesia, Pancasila. Bahkan, katanya, ISIS telah secara terang-terangan menyatakan Pancasila sebagai thougut (berhala) yang harus diperangi. Hal ini dinilainya sudah sangat kelewat batas.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu pun turut mengingatkan, bahwa ikut bersumpah menjadi bagian dari negara asing dapat berpengaruh pada kewarganegaraan. “Mengangkat sumpah dan berjanji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing itu bisa sebabkan kehilangan kewarganegaraan RI,” tandasnya. Dalam kesempatan itu, Lukman turut berharap, setiap organisasi masyarakat (ormas) Islam melalui bimbingan dan arahan ulamanya dapat mengintensifkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin, sehingga dapat memperkuat diri sendiri guna menangkal anasir yang dapat mengusik keutuhan sebagai sesama umat beragama, berbangsa, dan bernegara. “Memanfaatkan momentum Idulfitri ini, kita harapkan setiap ormas Islam melalui ulama masing-masing mampu menebarkan kemaslahatan bagi sesama dalam bingkai keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Lukman.
0 komentar:
Posting Komentar